Lengkapilah cerita pendek berikut berdasarkan struktur teks dan kaidah kebahasaan yang tepat!
Cerpen 1
Langkah di Tengah Hujan
Pagi itu hujan turun deras sejak subuh. Dira sudah bangun lebih awal karena
hari ini di sekolahnya akan diadakan lomba pidato bertema Semangat
Kemerdekaan. Ia menjadi perwakilan kelas VIII B. Dengan penuh semangat,
Dira menyiapkan naskah pidatonya dan sarapan seadanya.
Namun, ketika hendak berangkat, hujan malah makin deras. Ibunya khawatir dan
berkata,
“Dir, tunggu saja sampai hujannya agak reda.”
Dira menggeleng pelan. “Aku takut terlambat, Bu. Aku harus berangkat sekarang.”
Ia mengenakan mantel plastik dan berlari menembus hujan. Jalanan licin,
genangan air tinggi, dan angin berhembus kencang membuat langkahnya melambat.
Payungnya sempat terbalik, bahkan naskah pidatonya mulai lembap. Meski begitu,
Dira terus berjalan.
Sesampainya di sekolah, halaman sudah sepi. Seluruh murid sudah berada di
dalam kelas. Nafasnya terengah, rambutnya basah, dan seragamnya belepotan
lumpur. Ia buru-buru menuju aula.
“Dira! Cepat, giliranmu hampir tiba!” seru Rafi dari pintu aula.
Dira langsung berlari masuk. Tepat saat ia berdiri di depan pintu, panitia
mengumumkan, “Peserta berikutnya, Dira
dari kelas VIII B!”
Cerpen 2
Ayah di Tengah Gerimis
Langit pagi itu tampak kelabu. Gerimis turun pelan-pelan, membasahi jalan kampung yang becek. Dari kejauhan, tampak Pak Darto mengayuh sepeda tuanya perlahan. Pada bagian boncengan belakangnya, terdapat sebuah tas besar berisi gorengan yang akan ia jual di sekolah dekat tempat tinggalnya.
Sudah tiga hari ini, dagangan Pak Darto tidak habis. Ia tahu hujan membuat anak-anak enggan jajan di luar kelas. Namun pagi ini, ia tetap berangkat dengan semangat yang sama. “Yang penting Ayah berusaha,” gumamnya sambil tersenyum kecil.
Sesampainya di sekolah, gerimis belum juga berhenti. Ia menurunkan tas dagangannya dan memandang halaman sekolah yang sepi. Hanya beberapa siswa yang berlari-lari menuju kelas sambil memegang buku di atas kepala.
Pak Darto menatap lapak jualannya yang masih basah. Hatinya ragu, tapi ia tak ingin pulang tanpa mencoba. Ia mulai menyalakan kompor minyak kecilnya di bawah atap sempit dekat gerbang sekolah. Saat api mulai menyala, tiba-tiba angin berembus kencang dan membuat nyala api padam.
Cerpen 3
Sepatu
Baru untuk Ayah
Pagi itu, Rafi menatap sepatu lusuh
ayahnya yang terletak di dekat pintu. Sudah beberapa tahun sepatu itu
menemaninya bekerja sebagai tukang ojek. Setiap kali pulang, sepatu itu selalu
penuh debu dengan sol yang mulai menganga, tapi ayah tetap memakainya dengan
bangga.
Rafi tahu ayahnya ingin
membelikannya seragam baru, padahal uang hasil ojek kadang hanya cukup untuk
makan sehari-hari. Diam-diam, Rafi mulai menabung dari uang jajannya. Setiap
koin yang disimpannya di celengan membuat hatinya semakin bersemangat.
Suatu sore, ketika hujan turun, ayah
pulang dengan wajah lelah. “Maaf, Nak, hari ini penumpangnya sedikit,” katanya.
Rafi tersenyum kecil dan menatap celengan ayam merahnya yang mulai berat. Dalam
hati, ia berjanji akan memberikan sesuatu untuk ayah pada hari ulang tahunnya
yang tinggal seminggu lagi.
Namun keesokan harinya, celengan
Rafi tak sengaja jatuh dan pecah. Ia menghitung uangnya dengan cemas, dan
ternyata jumlahnya masih jauh dari cukup untuk membeli sepatu. Rafi hampir
menyerah. Tapi saat melihat ayahnya tetap berangkat bekerja dengan sepatu yang
semakin usang, hatinya tergerak. Ia lalu memutuskan membantu tetangga mencuci
motor sepulang sekolah untuk menambah uang tabungannya.